Tulisan terakhir Siapa dirimu
Waktu itu senyummu mengembang Aku bertanya dalam hati
Mengalahkan sang mentari siapa sebenarmu bunda
sosokmu menggenggam jariku kuat sikapmu begitu kaku padaku
seolah kau tak ingin melepasku aku mencoba mencari
begitu dingin rasanya kata sayang dimulutmu
tak seperti biasa dirimu kuberharap kata itu untukku
detak jantungku melaju cepat bukan untuk ayah saja
ketika kau mendekapku hangat kukira harapku hanya mimpi
ada sesuatu tersembunyi di matamu secercah inginku memelukmu
kucoba menerka……. Apakah aku tak berarti untukmu
tapi kau terlalu pandai menutupi kau tak pernah menatapku hangat
kau tulis cinta ditelapak tanganku aku terus bertanya mengapa…
bulir air matamu menetes dibajuku kau pasang tembok pemisah antara kita
kau peluk aku terus jujur dalam hatiku …
sampai diriku tersadar mengharap kasihmu….
nafasmu kurasakan tak ada lagi
hingga kutahu kenyataan cintaku
tak kan berlanjut
karena penyakitmu memisahkan kita
hingga aku tak sanggup
menghapus tulisan terakhirmu
karena ku tak ingin kenangan
bersamamu hilang
Takut Dahulu
Rasa itu menyergap diriku Pengalaman masa lalu
Menancap tajam di ulu hatiku terngiang ditelingaku
Tiada yang bisa mencabutnya Ngilu rasanya
Hanya diriku…… mengingat pahitnya hidup
Rasa itu datang menghinggapiku tak punya teman,saudara
Tak mau lepas dalam pikiranku Aku hanya duduk manis
Setiap langkah,setiap jengkal mendengar ocehan orang
Hidupku diliputi rasa itu melihat tingkah mereka
Takut tak ada yang memberiku bosan………….
Sesuap nasi dan lauk sepi menyelimuti diriku
Takut bila datang hujan sendirian adalah makananku
Tubuhku akan jadi es kututup rapat hatiku
Takut hinaan menghampiriku hingga tak ada celah
Aku hanyalah pengemis sejak ayahku diasingkan
Memakan sisa-sisa punyamu
Meminta belas kasihmu
dan mengharap keikhlasanmu
Esok seperti itu 2 kalimat terakhir
Terlihat sosok terbujur kaku Semilir angin lembut
Berbalut kain putih mengurai rambutku
Wangi parfum menyayat kicauan burung bersahutan
Mengingatkan kita di tempat ini……
Esok seperti itu mengingatkanku pada ayah
Suara tangisan menyertai wajah cerianya terukir jelas
Orang terkasih telah tiada Tak sempat terucap
Alunan syair Allah menggema dua kalimat terakhir
Tabir hidup terkuak Aku menyayangimu ayah
Antara dua dunia Happy birthday….
Kuasa-Nya telah terbukti
Roh telah kembali
pada pemilik yang sejati
Playboy Benalu Sayatan
Kasihmu tak tulus miris hatiku
Ucapanmu dusta terus kau injak diriku
Rayuanmu segudang Aku bukan barang
jaimmu segunung yang kau lelang
Tanganmu mengemis padaku Aku bukan perhiasan
Kantongku kau kuras yang kau pakai
Wanita bodohmu sejagat Kau gunakan aku semaumu
Tak kukira kau cari mangsa lagi aku ampas bagimu
Satu kata ingin kuucap yang telah kau buang
I hate you,you are playboy
Kutendang dirimu ke kandang.
BEBAS
Kini diriku bebas
Layaknya kupu-kupu terbang semaunya
Bebas meraih mimpi
Bebas dari belenggu diri
Bebas dari masa lalu
Bebas menghirup udara
Rasa syukur terpancar jelas
Sungguh kuingin tersenyum lebar
Damai,nyaman rasanya
Lega …….plong…..
Penjara dunia telah musnah
Takkan kubiarkan datang lagi